Skip to main content

Sahabat Belajar, Satu Langkah Kecil untuk Kebaikan Indonesia

Berawal dari ajakan Endah untuk ikut mengajar anak-anak kecil lagi di salah satu kampung binaan organisasi kerohanian Islam kampusku sekitar bulan Mei 2017 lalu, tepatnya di sebuah kampung marjinal daerah Keputih Tegal Timur Baru, Surabaya, yang biasa kami sebut dengan Keputih Tinja karena letaknya dekat dengan tempat pengolahan tinja milik pemerintah, kami berempat memulai perjuangan ini. Malam itu, pertama kalinya aku bertemu dengan Dika. Dari awal bertemu, fisik Dika terlihat sangat baik-baik saja. Namun, aku merasa ada yang berbeda saat aku mengajaknya belajar angka dan huruf. Dika yang saat itu sudah berumur 9 tahun dan sedang menempuh pendidikan kelas 1 SD, belum bisa membaca sama sekali. Membedakan huruf yang ada di hadapannya sangat sulit. Memahami angka hanya sebatas angka 1-10 dan seringkali masih terbolak-balik. Selain itu, seringkali aku menemukannya kesulitan berkonsentrasi dalam belajar, mengoceh tidak jelas, merasa terusik hingga langsung membentak dan memukul teman-teman di sekelilingnya.

Berdasarkan informasi yang diketahui Endah, Dika sudah mengalami hal ini sejak lama. Menurut Ibunya, Dika baru lancar berbicara sekitar 1 tahun terakhir. Sehingga, Aku dan Endah beranggapan bahwa dia mengalami disleksia, gangguan perkembangan baca-tulis. Kondisi orang tua Dika yang berprofesi sebagai pemulung sampah, tidak mengerti harus berbuat apa terhadapnya. Ibunya yang buta huruf dan Ayahnya yang jarang pulang ke rumah (sekarang telat Almarhum) tidak mampu membimbing Dika belajar ketika dia mendapat tugas-tugas dari gurunya. Terkadang, kakak perempuannya yang tinggal tidak jauh dari rumahnya, yang membantu Dika belajar. Namun, tidak jarang pula keluarganya bersikap kasar saat mengajari Dika karena lambatnya pemahaman materi.

Dika dan Ibunya

Tanpa banyak pertimbangan, aku dan Endah berinisiatif memindahkan Dika ke sekolah inklusi (sekolah untuk anak berkebutuhan khusus) di Surabaya. Kami menyadari, biaya sekolah di sekolah inklusi tidaklah murah, dan kami pun belum memiliki penghasilan tetap. Melalui platform kitabisa.com/yukbantudika, kami melakukan penggalangan dana, berusaha mengajak orang-orang baik di Indonesia untuk sama-sama membantu Dika agar bisa bersekolah di sekolah yang tepat untuknya. Karena setelah menjalani assessment test di sekolah inklusi tersebut, ternyata benar, Dika mengalami disleksia dan harus menjalani beberapa terapi juga. Kami sangat terbuka jika teman-teman ingin berdonasi untuk keperluan sekolah Dika :) Perkembangan kondisi Dika hingga saat ini juga bisa teman-teman ketahui melalui page update yang ada di link platform tersebut, insya Allah selalu kami update beberapa waktu sekali. 

Selain membantu Dika bersekolah, Alhamdulillah kami juga membantu belajar dan membiayai SPP Dek Rohim dan Dek Jaya, yang tinggal sekampung dengan Dika, dengan orang tua mereka yang berprofesi sebagai penjual koran, namun memiliki semangat belajar yang tergolong tingga dari anak-anak lainnya. Selain mereka bertiga, ternyata masih banyak permasalahan pendidikan yang dialami anak-anak di kampung yang sama. Mengingat masyarakat di sana mayoritas menjadi pemulung, penjual koran, pedagang kaki lima, tukang kebun, satpam, penjaga kantin, dan sebagainya, pemahaman orang tua terhadap pendidikan anak-anak mereka sangat kurang. Kemampuan akademik anak-anak di sana masih tergolong rendah. Tidak semua orang tua mampu membimbing anak-anak mereka dalam memahami pelajaran sekolah maupun pelajaran kehidupan. Orang tua mereka malah seringkali menyalahkan mereka yang tidak becus dalam belajar, melabeli mereka dengan kata 'nakal', dan tidak jarang orang tua yang merasa tidak yakin jika anak-anaknya mampu bersekolah tinggi. Ada beberapa anak SD dan SMP yang putus sekolah. Bahkan ada juga yang belum bisa merasakan bangku sekolah karena tidak memiliki Kartu Keluarga, mengingat keluarga mereka selalu berpindah tempat tinggal, Ayah mereka menjadi buronan polisi, dan ibu yang terlilit banyak hutang karena himpitan ekonomi. Terdengar seperti berita-berita di televisi? Aku tidak bermaksud mengada-ada. Ini benar-benar menjadi realita di negeri ini. 

Mengetahui kondisi ini secara langsung, aku dan Endah merasa gregetan. Kami berdua mengajak Tiara dan Hafizh, dua teman angkatan kami yang selama ini ikut mengajar Dika, Rohim, dan Jaya, untuk melakukan sesuatu. Kami sangat ingin bisa mengatasi permasalahan pendidikan yang ada di kampung tersebut. Sebenarnya tidak hanya di kampung itu saja, kami berpikir bisa jadi masih banyak permasalahan pendidikan serupa atau yang lebih parah di tempat-tempat lain di Surabaya dan wilayah-wilayah lainnya di Indonesia yang belum kami ketahui. Namun, kami menyadari bahwa kami masih berempat. Bagaimana juga cara kami bisa benar-benar menuntaskan masalah kompleks ini satu per satu bila tidak setiap hari kami berada di Surabaya? Apalagi hingga akhir 2017 lalu, belum ada satupun dari kami yang  telah memperoleh penghasilan tetap. Mau dapat dana dari mana untuk membiayai sekolah adik-adik di sana? Mau terus-terus menerus mengharapkan donasi dari kitabisa.com dan para donatur tetap yang selama ini membantu kami? 

Kami pun sering berkumpul bersama, membahas rencana-rencana yang sekiranya bisa kami lakukan agar terus bisa membantu pendidikan adik-adik di kampung tersebut dan semoga bisa memperluas sasaran ke tempat-tempat lain di Surabaya. Hingga bulan Januari 2018 lalu, terbentuklah sebuah komunitas sosial pendidikan yang berfokus pada kegiatan penunjang pendidikan dan pengembangan diri anak-anak marjinal di Surabaya, yang kami beri nama Sahabat Belajar. Setelah melewati masa publikasi awal dan open recruitment pengurus, pengajar, dan volunteer, Alhamdulillah yang awalnya hanya 4 orang beranak pinak menjadi 47 orang baik dari berbagai kampus di Surabaya :") Jika ingin mengetahui lebih lanjut mengenai komunitas kami, bisa add OA Line kami di @bgn5807i dan follow Instagram kami @komunitassahabatbelajar. Kami menyadari bahwa kami masih newbie sekali di dunia komunitas sosial pendidikan. Jadi, jika teman-teman punya saran dan kritik, silakan bisa disampaikan melalui media sosial kami. Yang mau berdonasi untuk kegiatan penunjang pendidikan adik-adik binaan kami juga sangat boleh. Mohon doa yang terbaik juga ya, teman-teman, semoga kami bisa selalu menebarkan dampak positif dan kemanfaatan untuk anak-anak marjinal di Surabaya, sebuah langkah kecil untuk kebaikan Indonesia. Many thanks :)

Welcome Party Keluarga Sahabat Belajar
Setiap orang yang berilmu dan sejahtera karena ilmunya, sebenarnya dia memiliki satu tanggung jawab untuk memerdekakan orang lain dari kebodohan dan membuatnya bergerak untuk lebih sejahtera.
 - Adenita, dalam 23 Episentrum.


ZIR
#verylatepost
#SahabatBelajar
#KomunitasSosialPendidikan 

Comments